Selasa, 26 Januari 2016

Telor Ceplok

Bertahun-tahun meninggalkan dunia tulis menulis, akhirnya aku kembali ke dunia ini. Tadaaaaaa...ini tulisan perdana setelah aku menyandang gelar Istri.
Bismillahirahmanirahim ( bukankah memulai sesuatu akan lebih indah jika diawali dengan kalimat tersebut).


Berbicara megenai telor ceplok, sebenarnya tidaklah rumit

Dimulai dari seorang gadis yang berstatus mahasiswa sama sekali gak bisa masak. Masakan sederhana seperti telor ceplokpun, hangus didalam kuali kecil ala anak kostan. Setelah 3 tahun belajar menanak nasi, membuat telor ceplok yang enak, dan merapikan istana.....si telor celok sekarang sudah menjadi telor dadar.
Perjuangan telor ceplok menjadi telor dadar gak semudah yang dibayangkan.


Telor ceplok, daging cincang, daun bawang, cabe merah, bawang bombai sekarang sudah menjadi suatu kesatuan dalam sebuah kemasan cantik yang bernama omelet.
Omelet yang dimasak, terkadang terlalu banyak cabai sehingga yang menyantapnya merasakan sensasi pedas yang luar biasa.
Bukan omelet yang salah jika seperti itu, omelet hanya berusaha memberikan yang terbaik untuk para penggemarnya. Tapi, namanya manusia mempunyai selera yang berubaha-ubah.
Omelet terkadang harus di campur kacang polong kalengan, omelet kadang hanya dicampur kornet kalengan, atau omelet kadang hanya di campur daun bawang.
Ah,,,,,,,banyak sekali permintaan penggemar.

Omelet terkadang harus merelakan ketika renkarnasinya dari telor ceplok harus dihujat.
"telor busuk"
"telor asin"
"telor pedas"

hufh....telor ceplok hanya bisa tersenyum lewat putihnya...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar